Rindu ialah kosakata yang paling aku pahami, setelah kata aku, kamu, dan kita. Tak perlu engkau membuka kamus ketika engkau tanyakan artinya padaku. Karena jawabku sudah pasti benar. Tak perlu engkau ragukan, kawan. Karena memang telah terjalin hubungan akrab antara aku dengan rindu. Merindu, lebih tepatnya.
Ketika mata menjadi kaca, berusaha menafikan sesuatu yang nyata. Ketika hati menjadi serapuh jaring laba-laba, terkulai tak berdaya sedikit saja di atau ter sentuh. Ketika itu pula, engkau menafikan fakta bahwa aku memang ada. Ketika itu pula, engkau sebagai jangkar milik kapal tempatku berlayar menjatuhkan diri ditengah meriahnya gulungan ombak. Seperti sengaja, membuatku sesak nafas dan tersengal-sengal.
Itu hubunganku dengan merindu. Meski hanya gambaran semata, tak sepenuhnya realita.
Aku hanyalah kedipan mata. Nyaris tak kasat. Bahkan tak diperhitungkan karena hanya setitik setiap puluhan detik.
Itu peranku dalam merindu. Menjadi kedipan mata bagi dirimu.
Kepada kamu, akan aku mulai, aku ingin berbagi sesuatu. Memberi tahu bagaimana menyesakkannya merindu. Terutama merindu dirimu, yang tidak pernah mau tahu kalau sedang dirindu.
Pernah engkau membayangkan menjadi anak kecil yang matanya berbinar tatkala melihat etalase penuh kembang gula warna-warni? Terduduk di atas trolley sebuah pusat perbelanjaan yang dengan hati-hati didorong Sang Ibunda sehingga tak kuasa merampas kembang gula tesebut ketika melewatinya. Bahkan setelah benar-benar melewatinya. Merengek pun tak didengar, justru diberi bermacam himbauan yang berarti namun tak kau perlukan karena telah murni dilarang.
Begitulah merindu. Kau berada di dalam posisi yang tidak menguntungkan, dipagari entah apa. Sesuatu yang sejatinya tidak bisa menjadi pagar, atau katakanlah dia pagar yang lemah, namun sesuatu membuatmu lebih lemah, teramat lemah hingga terkalahkan oleh abstraksi benda yang terasa nyata. Dan posisimu tidaklah menguntungkan, tanganmu menjadi begitu kecil, keberanianmu sontak menjadi liliput di tengah cakar-cakar langit. Menggapai kembang gula tidak lagi perkara mudah.
Terduduk. Tertunduk. Dan, terdiam. Tiga fase te yang menjadi pemecah klimaks dua keadaan di atas.
Dan, entah manis atau getir, kau adalah kembang gula warna-warni di etalase. Menyilaukan mata, menggerlapkan jiwa dengan menggoda, merayu manja. Aku adalah bocah kecil. Terpesona, terperdaya. Dengan tangan terulur merana, mencoba menggapai apa yang dicita.
Sama mustahilnya dengan sikap bocah kecil di atas trolley yang mencoba merampas kembang gula dari etalase. Tak mungkin didapatkan, bahkan tersentuh saja tak akan mungkin. Pun dengan merindumu. Mustahil aku bisa menyentuhmu, dan pada akhirnya melepas rindu dengan merengkuhmu. Tidak akan pernah. Atau, tepatnya tidak akan pernah ada kesempatan untuk itu.
Dan aku akan hanya bisa:
Terduduk. Menatap sayu ujung-ujung jemari tangan yang kukunya tumpul, habis digigiti.
Tertunduk. Merenungi, meresapi, menyadari, dan menerima.Yang terakhir ialah bagian terpenting, menerima bahwa memang tidak ada lagi yang dapat aku lakukan selain harus menerima.
Terdiam. Tidak protes dan tidak merajuk, karena telah memahami bahwa segala sesuatu yang aku kerjakan tidak akan membuatmu berpaling dan merengkuhku. Membantuku keluar dari jeratan rindu.
Kamu, pahamilah apa yang telah aku ceritakan. Rasakan bagaimana sulitnya aku berada dalam posisi merindu. Dan akan kau dapati rasa sesak yang timbul menghimpit dada.
Astaga, maafkan. Tapi sungguh aku tidak muluk, karena engkau sanggup menghabiskan tulisan ini saja sudah sesuatu yang patut aku syukuri. Aku terimakasih-i. Karena artinya, masih ada aku di suatu waktumu.
Kuucapkan terimakasih, teruntuk kamus yang menuliskan hakikat aku, kamu, kita, dan rindu.
1xbet korean football betting tips, predictions from professional tipsters
BalasHapus➽ 1xbet korean football betting tips, predictions from professional tipsters. Free bets, free скачать 1xbet bets, tips 1xbet korean football.